Ada 1.000.000 pembaca Rss Feed sudah bergabung, Sudahkah anda?

Berbagi Kebaikan Untuk Kemaslahatan Ummat

Selasa, 31 Januari 2012

Mengungkap Kesyirikan

Syirik sebagai sebuah penyakit, selalu berjangkit di setiap generasi. Menimpa individu maupun masyarakat. Sejarah kehidupan mencatat, bahwa kesyirikan dalam level masyarakat berlangsung awal sekali di zaman Nabi Nuh Alaihis-Salam. Sejarah manusia sebelumnya adalah lurus, bersih dan bertauhid kepada Allah. Sejak Nabi Adam generasi insan senantiasa hanif (lurus) beribadah kepada Allah semata. Sampai syaitan mendatangi manusia, membisikan rayuan persekutuan kepada Allah. Memberikan sebuah umpan yang terbukti jitu mengantar manusia kepada kerendahan adalah pengagungan orang-shalih lebih dari kapasitasnya, disembah, dimohon, dijadikan perantara dalam berseru kepada Allah ta'ala. Umpan ini terbukti manjur diterapkan di setiap generasi, hingga zaman Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Berlanjut pula hingga detik ini, dan sampai waktu yang Allah saja yang mengetahui.
Di level individu, tentunya telah berlangsung di sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Fenomena nyata terjadinya kesyirikan di tingkat individu dan kita temukan banyak di sekitar kita terjerumusnya manusia dalam penyembahan terhadap hawa nafsunya.
Ibarat sebuah penyakit, baik ia menimpa individu maupun masyarakat, kesyirikan tak boleh sedikit pun dibiarkan, ditumbuhkembangkan, terlebih (dilestarikan). Ancaman Allah berkaitan dengan aktivitas kesyirikan ini sangatlah mengerikan, dahsyat dan luar biasa sehingga tak boleh disepelekan. Ia berkaitan dengan masa depan abadi kehidupan manusia.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni yang selain syirik kepada yang dikendaki (An-Nisa 48).

Tiadanya ampunan Allah bagi pelaku kesyirikan adalah musibah terbesar bagi hidup manusia. Syirik mensuramkan masa depan manusia di dunia maupun akhirat. Pentingnya hal itu, memberikan konsekuensi bagi seorang muslim untuk mengetahui dan mengenal hal-hal yang bermuatan kesyirikan untuk bisa menjauhi sejauh-jauhnya. 


Bila kesyirikan dipilah-pilah menurut besarnya, maka dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu:
  1. Syirik (Akbar) besar.
  2. Syirik (Ashgor) kecil.
Apa beda keduanya ?
Syirik Akbar atau besar secara mudahnya adalah menjadikan tandingan di sisi Allah dalam hal ibadah, atau memalingkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah. Kesyirikan bisa dalam bentuk berdoa kepada selain Allah, bernadzar, berqurban, tawakal, meminta pertolongan dan ibadah yang lain. Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah Apakah dosa yang terbesar? Jawab Rasulullah :
" Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia (Allah) telah menciptakan engkau "
(HR Bukhari dan Muslim).

Kategori syirik (Akbar) inilah yang mengeluarkan seseorang dari keislamannya dan tak akan diampuni oleh Allah ta'la. Syirik akbar ini tak hanya semacam saja, namun ternyata ada bermacam-ragam. Diantara model syirik besar :
  • Syirik dalam doa :yaitu dengan memohon kepada selain Allah, tanpa kecuali. Kepada siapa dan apa pun selain Allah seseorang berdoa, maka dia telah mensekutukan Allah ta'ala dan keluar dari Islam. Walaupun yang diminta doa adalah malaikat, para Nabi, wali dan orang shalih, tetaplah perbuatan syirik.
    "janganlah engkau berdoa kepada yang selain Allah yang tak dapat memberikan manfaat dan bahaya, apabila kalian melakukannya niscaya kalian menjadi orang-orang yang merugi (QS Yunus 106).
  • Syirk dalam niat :yaitu beramal kebaikan hanya untuk meraih dunia, materi semata. Beramal shalih, menuntut ilmu, bersedekah dan amalan yang lain tidak niatkan mencari pahala di sisi Allah namun ia inginkan mencari kedudukan, prestise, puijian , harta, isteri/suami dan hal-hal keduniaan. Allah berfirman:
    "barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka akan kami sempurnakan amalan-amalan mereka di dunia, dan mereka tidak dirugikan merekalah yang tiada bagian di akhirat kecuali neraka, dan terhapus apa yang mereka buat dan batillah apa yang mereka kerjakan (QS Hud 15).
  • Syrik kecintaan: model ini adalah mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah. Membagi atau memadu cinta adalah model syirik yang satu ini. Cinta kepada Allah namun cinta pula kepada yang selain Allah. Cinta yang dimaksud adalah cinta ibadah, yang berisi ketundukan, dan perendahdirian. Dengan cinta ini seorang rela untuk tunduk, patuh taat, mendekatkan diri, sujud ruku' meninggalkan perintah Allah, melanggar aturan Allah. (lihat tulisan 'diantara berjuta cinta' di almadina edisi sebelumnya). Allah berfirman tentang hal ini "dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu , mereka mencitai tandingan-tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah ta'la.




StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Minggu, 29 Januari 2012

Tahukah kalian betapa berbahayanya dirimu..?

Tahukah kalian betapa berbahayanya dirimu..?
tiap jengkal dan lekuk tubuhmu adalah racun yang begitu sempurna..
yah, sempurna untuk membabat habis keimanan para adam..
maka ku berpesan padamu, jaga dirimu demi tiap jengkal tubuh yang Allah anugrahkan padamu...


Hawa, tahukah betapa berharga dirimu..?
hingga Allah meletakkan Syurga yang agung di telapak kakimu?
Hingga dikatakan hancurnya sebuah negara karena kehancuranmu...
Hingga Rasul menyebutmu tiga kali sebagai manusia yang lebiih patut di hormati daripada kaum adam..
Maka, jadikan dirimu layak dihargai...

Tapi tahukah betapa sakit hatiku, ketika ku mendapatkanmu di jalan-jalan dengan mudahnya kau umbar auratmu dengan bangga...
ketika tiap lekuk tubuhmu begitu mudah dinikmati mereka laki-laki yang tak halal bagimu..
ketika kau dengan bebasnya tertawa dan bermanja pada laki-laki yang menatapmu liar seolah ingin menerkammu..

ooohh... wanita, ingin ku teriakkan di telingamu... Ingatlah, sebagian besar penghuni neraka adalah kaum wanita..
inginkah dirimu termasuk di dalamnya ..?
tak inginkah kau di hormati dan dihargai mereka karena kehormatan dan kecerdasanmu..?
Ketahuilah wanita, kau indah karena sifat malumu..
kau mulia karena akhlak dan kehormatanmu

sukakah kau jika mereka menyukaimu karena betapa cantik kau?
karena betapa ramping tubuhmu? atau karena kulitmu yang putih mulus?
merasa berharga kah kalian ketika tak ada lagi yang tersembunyi dari dirimu ?

lalu bagaimana kau mampu mengharapkan laki-laki yang mendampingimu kelak adalah laki-laki yang mulia? yang menjaga kehormatannya?
padahal Allah yang telah menjamin, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan wanita pezina untuk laki-laki pezinah..
masih kah kalian berani berharap mendapatkan yang terbaik sementara dirimu berlumur dosa?
sementara harga dirimu telah tercabik dan ternoda?
pantaskah kalian mengharap laki-laki syurga sementara diri jelas kedudukannya dineraka karena belumur maksiat?

Tidak, jangan takut.. Rabb kita, Allah Maha Pengampun..
Tak ada yang terlambat..
selama Jiwa masih dalam raga.. ampunannya terbuka luas..
Percayalah... walau dosa membumbung tinggi, ampunannya melangit luasnya..

Kembalilah pada fitrahmu.. kau indah karena sifat malumu...
jagalah harga dirimu... kau begitu berharga...
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Penciptaan yang Berpasang-Pasangan

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (Al Qur'an,
36:36)
Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki
dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan
yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah
terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa
materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di
bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut "parité",menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi
memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi,
elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan
dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan
ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan
berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat."
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh
meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim ke
bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin
diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur'an diturunkan.
(http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz – Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205)
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Rahasia Besi

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al
Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu
sebagai berikut:
"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini,
dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi
manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni
"secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki
keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang
ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan
tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi
secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih
besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi
telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi
menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau
"supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di
seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami
tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari
bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke
bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat
diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

mengembangnya alam semesta

Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu
astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta
digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an,
51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di
banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali
lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan
bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan
yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan
peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang
ditiup.


Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya
diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta
bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan.
Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia,
George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan
bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di
mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta
tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al
Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.(harun yahya)
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

penciptaan alam semesta

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat
berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan
penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat
astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta,
beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai
hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap.
Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya
tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik
tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat
dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi
ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara
metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti
terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan.
(harun yahya)
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Islam Mengangkat Derajat Wanita

Ada seorang sahabat datang menghadap Nabi Muhammad saw. Raut muka orang itu tampak muram dan sedih. Nabi saw. kemudian bertanya kepadanya.
"Gerangan apakah yang telah membuat wajahmu sedih dan muram seperti itu?"
Sahabat itu menjawab, "Pada zaman jahiliyah dahulu, aku pernah melakukan perbuatan yang dosanya besar sekali, yaitu membunuh anak perempuanku yang sudah menginjak usia gadis remaja. Aku takut kalau Allah tidak mengampuni perbuatanku itu, meskipun aku sekarang sudah masuk Islam."

Rasulullah bertanya lagi, "Coba sebutkan kepadaku bagaimana duduk perkaranya sampai kamu bisa melakukan perbuatan yang demikian itu!"

Sahabat menjawab, "Dahulu, aku dan istriku dikaruniai seorang anak perempuan. Ia adalah anak yang cantik sekali. Istriku meminta kepadaku agar anak itu dibiarkan saja hidup. Karena permohonan istriku itulah, sehingga anak perempuan yang cantik sekali itu hidup sampai dewasa. Pada saat ia sudah dewasa, ada orang yang datang meminangnya. Timbullah harga diriku, hatiku tidak dapat menanggung malu, di mana ia menikah dan pergi menuruti kemauan suaminya dan akhirnya tinggal di rumah suaminya selama-lamanya."

"Suatu ketika aku berkata kepada istriku bahwa aku hendak mengajak anak perempuanku ikut bersama-sama aku untuk menjenguk keluarga yang tinggal di daerah seberang. Istriku tidak berkeberatan atas keinginanku itu tanpa ada rasa curiga sedikit pun terhadapku."

"Dengan gembira anak itu dipakaikannya pakaian yang bagus-bagus dan perhiasan yang mahal-mahal. Sebelum berangkat, istriku wanti-wanti agas aku tidak khianat kepada anak itu."

"Maka, pergilah kami meninggalkan rumah. Di tengah perjalanan, kami menemukan sebuah sumur tua. Aku dan anak perempuanku melepas lelah sejenak di situ. Pada saat itu, entah mengapa hatiku tergerak begitu kerasnya dan gencarnya untuk berbuat jahat terhadap anak itu."

"Rupanya anak itu bisa membaca pikiranku. Ia dekati aku dan dipeluknya dengan penuh kasih sayang sambil berkata-kata, 'Ayah! Ayah! apa yang Ayah akan lakukan terhadap diriku? Apakah Ayah lupa akan pesan ibu pada Ayah sewaktu kita pamit dari rumah? Apa Ayah mau mengkhianati pesan itu itu'?"

"Terbitlah rasa kasih sayang terhadapnya, sembari aku melihat moncong sumur tua yang menyeramkan itu. Terjadi perang dalam hatiku, antara kasih sayang terhadap anakku dengan sumur tua yang siap memakannya. Antara memegang amanah dan melanggar amanah. Akhirnya keputusan diambil, yaitu rasa sayang kepada anak perempuan lenyap dan anak perempuan itu aku luncurkan ke dalam sumur tua. Sambil hal itu kulakukan, anak itu terus memanggil-manggil namaku: Ayah ..!? Ayah ..!? Ayah ..!? Ayah telah berkhianat kepada ibu!!! Lama-kelamaan suara itu makin melemah sampai akhirnya tidak terdengar sama sekali."





Rasulullah saw. mendengar cerita sahabat itu dengan saksama. Kemudian beliau bersabda, "Hai, Fulan! seandainya perbuatan zaman jahiliyah itu dapat dihukum sekarang, maka aku akan menghukummu."

Dikisahkan oleh Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya.

StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Sabtu, 28 Januari 2012

Bersyahadat Harus Berilmu dari Kitab Alquran dan Hadis serta Meyakini Keduanya

Apa dalilnya harus berilmu dalam bersyahadat dari Alquran dan hadis?
Allah SWT berfirman yang artinya, "Kecuali orang yang meyakini yang hak (tauhid)." Yakni, bersyahadat bahwa tiada illah kecuali Allah. (Mereka orang-orang yang meyakini) dengan hati-hati mereka yang artinya apa yang mereka ucapkan denganlisan-lisan mereka.

Nabi saw. bersabda yang artinya, "Barang siapa yang mati dan dia tahu bahwa tidak ada ilah melainkan Allah, maka ia masuk surga." (HR Muslim).

Apa dalilnya persyaratan harus yakin dalam Alquran dan sunah?

Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hujurat: 15).

Dan, Rasulullah saw. bersabda, "Saya bersaksi tidak ada ilah melainkan Allah dan aku (Muhammad) utusan Allah, maka Allah tidak meniupkannya kepada hamba yang ragu-ragu kecuali baginya surga." (HR Ahmad).

Dan, sabdanya yang lain kepada Abu Hurairah r.a., "Siapa saja yang kamu temui di balik dinding ini, dia bersaksi tiada ilah melainkan Allah dengan penuh keyakinan dalam hatinya, maka berilah kabar gembira dengan surga."

Mana dalil adanya syarat mengikatkan diri secara lahir dan batin menurut Alquran dan hadis?

Allah SWT berfirman, "Dan, barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebajikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul yang kokoh." (Luqman: 22).

Dan, Nabi saw. bersabda, "Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang aku bawa."

Apa dasar syarat "harus menerimanya (syahadat)" dalam Alquran dan sunah?

Allah SWT berfirman mengenai orang yang tidak mau menerima syahadat, "(Kepada para malaikat diperintahkan): 'Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah."

Sampai firman Allah dalam surat yang sama, "Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka 'Lailaha illallah' mereka menyombongkan diri sambil berkata, 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila'." (Ash-Shaffat: 23--36).

Rasulullah saw. juga bersabda, "Perumpamaan Allah mengutusku dengan petunjuk dan ilmu seperti Allah menurunkan hujan yang membasahi bumi, darinya tumbuh rerumputan. Dengan tanah yang subur, air yang jernih, Allah memberikan manfaat kepada manusia, mereka dapat meminumnya, untuk mengairi tanaman, dan berbagai cocok tanam. Dan, ada juga sedang tanah yang kering, tidak ada air sehingga tidak ada tanaman yang tumbuh di sana. Begitulah perumpamaan orang yang mendalami agama Allah dan memanfaatkannya apa saja yang Allah utuskan kepadaku, maka ia itulah orang yang berilmu dan mengajarkannya. Dan, juga perumpamaan orang yang tidak mau mengambil dan menerima petunjuk Allah melalui risalahku." (HR Bukhari).200 Suual wa Jawaab fii Aqiidah al-Islamiyyah, Syekh Hafizh bin Ahmad Hakamy
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Apakah yang Dimaksud dengan Iman?

Bismillah, wa solatu wa salamu 'ala rasulillah...


Iman adalah perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan kata. Lisan dan anggota badan. Iman dapat bertambah atau meningkat dengan ketaatan dan dapat berkurang atau menurun dengan kemaksiatan.
Apa Dalilnya Iman Berupa Perkataan (Perkataan Hati dan Perkataan Lisan)dan Perbuatan?

Allah SWT berfirman yang artinya, "Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu." (Al-Hujarat: 7).

"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya." (Al-A'raf: 158).

Inilah arti dua kalimah syahadah. Pemeluknya tidak dikatakan masuk dalam agama tersebut kecuali dengan keduannya. Inilah amalan hati berupa keyakinan dan amalan lisan berupa ucapan.

Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan Allah tidak menyia-nyiakan imanmu." (Al-Baqarah: 143).

Yakni salatmu ketika kamu menghadap ke Baitul Maqdis sebelum perubahan kiblat (sekarang salat sudah menghadap kiblat, Masjidil Haram). Semua salat itu masuk dalam iman karena terkumpulnya amalan hati, lisan, dan anggota badan. Nabi menyampaikan amalan-amalan ibadah seperti salat lima waktu adalah termasuk iman. Nabi saw. pernah ditanya, amalan apa yang paling utama? Nabi saw. menjawab, "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya."

Apa Dalilnya bahwa Iman Bisa Bertambah dan Berkurang?

Allah SWT berfirman, Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk." (Maryam: 78).

Dan, juga disebutkan dalam firman Allah surah Al-Fath: 4; Al-Kahfi: 13; Muhammad: 17; Al-Muddatsir: 31; At-Taubah: 124; Ali Imran: 173; dan Al-Ahzab: 22).

Rasulullah saw. bersabda, "Seandainya keadaan kalian tetap seperti keadaan kalian saat bersamaku, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian." (Hadis Riwayat [HR] Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah).

Ini menunjukkan bahwa ketika para sahabat sedang dekat bersama Rasulullah saw., keadaan keimanan mereka meningkat, tetapi ketika tidak bersama, keadaan iman mereka tidak sebaik ketika bersama.

Apa Dalilnya bahwa Orang-Orang yang Beriman Itu Mempunyai Keutamaan atau Kelebihan?

Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada di dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian, mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi dengan anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek, dan sloki berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir. Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga ini) yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. Mereka tidak mendengarkan di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu." (Al-Waqi'ah: 10--17).

Dan, juga disebutkan dalam ayat ke-88--91 dalam surah yang sama.

Firman Allah yang lain, "Lalu, di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan serta di antara mereka ada (pula) lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32).

Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah akan mengeluarkan dari neraka orang yang di dalam hatinya ada iman meskipun hanya seberat satu dinar, kemudian (Allah juga akan mengeluarkan) orang yang di dalam hatinya ada iman meskipun hanya seberat setengah dinar." (HR Imam Bukhari).

Ada Berapakah Rukun Iman dan Apa Dalilnya?

Rukun iman itu ada enam.
1. Beriman kepada Allah.
2. Beriman kepada malaikat-malaikat-Nya.
3. Beriman kepada kitab-kitab-Nya.
4. Beriman kepada rasul-rasul-Nya.
5. Beriman kepada hari akhir.
6. Beriman kepada qada dan qadar (yang baik maupun yang buruk).

Allah SWT berfirman, "Bukankah menghadapkan wajahnyamu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi." (Al-Baqarah: 177).

"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran(qadar)." (Al-Qamar: 49).

Rasulullah saw. bersabda ketika bertanya kepada Jibril a.s., "Beri tahukan kepadaku tentang iman!" Dia (Malaikat Jibril) berkata, "Agar kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada qadar-Nya yang baik dan buruk." (HR Bukhari dan Muslim).

Ada Berapakah Tingkatan Orang Mukmin Itu?

Orang yang beriman disebut mukmin. Orang mukmin itu ada tiga tingkatan: pertama, yaitu saabiquun bil khairaat (ialah mereka yang melaksanakan hal-hal yang telah diwajibkan dan melaksanakan yang disunahkan, serta meninggalkan hal-hal yang telah diharamkan dan hal-hah yang makruh.

Kedua, muqtashiduun (ialah mereka yang baru mampu melaksanakan hal-hal yang wajib dan menjauhi hal-hal yang haram).

Ketiga, zhaalimuun li 'anfusihim (ialah mereka yang amal salehnya masih bercampur dengan amal yang tidak baik, atau melaksanakan hal-hal yang wajib tetapi juga masih berbuat maksiat).

Dengan demikian, iman yang sempurna ialah mempercayai benar-benar seluruh apa yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, mengakui kebenaran beliau dan disertai pengamalan.
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Para Sahabat Rasulullah adalah Ahli Agama Terkemuka

Para sahabat Nabi saw. merupakan pemuka umat, imam kaum muslimin. Para sahabat juga merupakan pemuka-pemuka dalam masalah fatwa dan sebagai pemimpinnya para ulama.
Menurut Laits dan Mujahid, ulama adalah para sahabat Muhammad saw., dan Sa'id dari Qatadah menjelaskan firman Allah, yang artinya, "Dan, orang-orang yang diberi ilmu (al-kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (Saba: 6), bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw.

Akan tetapi, tidak semua para sahabat itu ahli hukum (ahli fatwa). Hanya yang menjadi ahli fatwa ialah mereka yang dapat memahamkan Alquran dan sunah dengan sempurna, mengetahui ayat-ayat mutasyabihah dan muhkamah, mengetahui sebab-sebab turunnya ayat, mengetahui petunjuk-petunjuknya, mengetahui masyarakat dan suasananya, karena mereka telah mempelajari dari Rasulullah atau dari seseorang sahabat lain. Mereka yang alim (ahli fikih) dapa ketika itu disebut qurra, yakni ahli Alquran, ahli membacanya dan memahaminya.

Para sahabat yang paling masyhur dalam berfatwa (ahli fatwa) dari beberapa sahabat yang berfatwa pada masa ini adalah tujuh orang, sebagaimana yang telah kami sebutkan pada edisi sebelumnya.

Banyak riwayat yang menceritakan kedudukan para sahabat dalam masalah ilmu agama. Para perawi telah meriwayatkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang pertama kali hafal Alquran setelah Muhammad saw. Sebagai buktinya, Rasulullah saw. telah menunjuk Abu Bakar r.a. sebagai pengganti beliau dalam mengimami salat, dan hal itu terjadi tidak hanya sekali. Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang harus mengimami (salat) suatu kaum hendaknya orang yang paling fasih dalam membaca kitab Allah (Alquran)."
Menjelang akhir hayatnya, Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-NYa." Mendengar hal itu, Abu akar langsung tanggap dan mengerti maksudnya, kemudian menangis, sehingga para sahabat yang lain merasa heran (ada apa gerangan). Ketika ditanya, maka Abu Bakar r.a. menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah saw. telah mengabarkan tentang seorang hamba yang disuruh memilih, di mana hamba yang disuruh memilih itu tiada lain adalah Rasulullah saw." Artinya, tidak lama lagi Rasulullah saw. akan dipanggil oleh Allah. Dari keterangan ini jelaslah bahwa Abu Bakar orang yang pintar.

Dalam kitab Al-Kabir, Hakim dan Thabrani telah meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Seandainya ilmu Umar diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi pada tepi timbangan yang satu lagi, niscaya ilmu Umar jauh lebih berat dibandingkan dengan ilmu mereka." Mayoritas sahabat berpendapat bahwa Umar r.a. menguasai 9/10 (sembilan per sepuluh) dari ilmu. Hakim dan Thabrani pun telah meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, seraya berkata, "Jika orang-orang saleh (para sahabat) berkumpul bercerita tentang Umar, niscaya mereka akan menyatakan bahwa Umar telah mengajari kami kitab Allah (Alquran) dan ajaran agama Allah.

Selanjutnya, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Umar, Rasulullah saw. telah bersabda, "Aku bermimpi diberi sebuah gelas yang berisi susu, lalu aku meminumnya sampai aku melihat air susu itu mengalir pada kuku-kuku jari tanganku, lalu aku memberikannya kepada Umar." Kemudian, para sahabatbertanya, "Wahai Rasulullah, apa tafsiran mimpi tersebut?" Beliau menjawab, "Ilmu."

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim, dijelaskan bahwa Ali r.a. telah berkata, "Rasulullah telah mengutusku ke Yaman sebagai seorang qadhi (hakim), lalu aku berkata, 'Wahai Rasulullah, aku ini seorang pemuda yang ditugaskan untuk memutuskan perkara di antara mereka (penduduk Yaman), sementara aku sendiri tidak mengerti bagaimana aku memutuskannya?' Kemudian, Rasulullah mengusap dadaku, seraya berdoa, 'Ya Allah, berikanlah petunjuk dalam hatinya dan tetapkan lidahnya.' Demi Zat yang membelah biji-bijian, maka setelah itu aku tidakpernah ragudalam memutuskan dua perkara.

Ibnu Mas'ud berkata, "Kami memperbincangkan bahwa hakim yang paling tepat bagi penduduk Madinah adalah Ali."

Telah diriwayatkan dari Ibnu Sa'id bin Musayyab, seraya berkata, "Kebiasaan Umar bin Khattab adalah meminta bantuan kepada Abu Hasan (Ali) dalam memecahkan persoalan yang pelik yang tidak dapat diselesaikannya. Karena itulah, Umar berkata, 'Kesulitan itu menjadi tiada manakala Abu Hasan (Ali) ada'."
Disebutkan bahwa Yazid bin Umair meriwayatkan tentang Mu'adz bin Jabal ketika menjelang ajalnya, Mu'adz ditanya, "Wahai Abu Abdurrahman, berilah kami sebuah wasiat!" Mu'adz berkata, "Ilmu dan iman keberadaannya adalah orang yang mencari keduanya, ia akan mendapatkan keduanya." Ia mengatakan hal itu tiga kali, kemudian ia melanjutkan, "Carilah ilmu kepada empat orang: Uwaimar bin Abu Darda, Salman al-Farisi, Abdullah bin Mas'ud, dan Abdullah bin Salam."

Dan, beberapa sahabat yang lainnya, yang tidak kami kemukakan di sini, yang intinya bahwa keilmuan mereka itu adalah mencapai tingkat mujtahid, yaitu orang yang dapat berijtihad, yaitu orang yang dengan keilmuan agamanya dapat mengambil hukum dalam suatu masalah tertentu.
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook

Sumber Agama ialah Alquran dan Sunah

Bismillah was shalatu was salamu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala aalihi wa shahbihi ajma'in....


Manhaj (jalan) yang benar, manhaj para salafus saleh, manhaj Ahli Sunnah wal-Jamaah berlandaskan pada sumber-sumber agama, yakni Al-Qur'an dan as-sunnah (Alquran dan sunah), dan ijma (kesepakatan ulama) yang dibangun atas keduanya. Jika ada yang mengambil manhaj selain itu (mengesampingkannya), maka ia adalah batil, sebab dengan wafatnya Nabi saw., maka  wahyupun telah terputus, dan Allah telah menyempurnakan agama-Nya. Allah SWT berfirman yang artinya, "…. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu . (Al-Maidah: 3).

 Rasulullah saw. telah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah. Beliau bersabda, "Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal yang kalian tidak akan sesat setelah keduanya, yakni kitab Allah (Alquran) dan sunahku, keduanya tidak akan bisa dipisahkan sampai dikembalikan kepadaku di telaga." (Shahih al-Jami' al-Shaghir [2394]).

 Agama yang benar itu terdiri atas landasan dasar sikap penyerahan kepada Allah Taala. Sementara, penyerahan itu bisa diartikan sebagai sikap membenarkan, tunduk, dan mengikuti Rasulullah saw. Agama yang benar adalah agama Allah Taala yang Dia turunkan kepada Rasul utusan-Nya saw. lewat wahyu, dan Dia pun telah menyempurnakannya. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan mengada-adakan sesuatu dengan mengakui hal itu dari agama, karena Nabi saw. telah bersabda, "Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusanku ini sesuatu yang tidak termasuk daripadanya, maka hal itu tertolak." (HR Bukhari dan Muslim).

 Agama secara keseluruhan adalah akidah dan syariat. Ia tidak boleh diterima, kecuali dari wahyu.

 Akidah adalah dasar, sendi, pilar, dan tonggak-tonggak agama. Sumber penerimaan akidah ialah kebenaran, yakni Alquran, sunah, dan ijma para salafus saleh. Itulah sumber-sumber agama. Dari kaidah yang besar inilah bercabang beberapa dasar sebagai berikut.
  1.  Apabila ada perbedaan pemahaman manusia terhadap nash-nash agama, maka yang dijadikan hujjah atau argument ialah pemahaman salafus shaleh, yaitu para sahabat, tabi'in, dan orang-orang yang sejalan dengan mereka. Hal itu merupakan kata pasti dalam masalah keyakinan dan masalah-masalah lainnya, mengingat mereka adalah tokoh-tokoh pilihan umat yang paling mengetahui dan paling mengerti terhadap masalah-masalah tersebut. Allah SWT dan Rasulullah saw. telah menyuruh kita untuk mengikuti jejak mereka dan merujuk kepada mereka. Allah mengancam orang yang mengikuti jalan yang bukan jalan mereka. Berdasarkan hal itu, maka sesungguhnya dalam menetapkan akidah manhaj tersebut harus berpedoman pada Alquran dan sunah, karena itulah manhaj yang paling mengerti, paling selamat, dan paling adil. Dan, hal itu diimplementasikan dengan peninggalan-peninggalan mereka yang tertuang dalam tulisan-tulisan mereka, dalam kitab-kitab hadis dan atsar.
  2. Akidah itu bersifat final dan mengikat. Artinya, ia hanya bisa diterima dari wahyu, karena hal ini menyangkut perkara ghaib yang tidak mungkin sanggup dijangkau oleh akal, pemikiran, dan pengetahuan manusia yang secanggih apa pun.
  3. . Akidah dan berikut detail-detailnya itu bersifat gaib. Secara otonom, hal tersebut tidak akan sanggup dijangkau oleh akal serta angan-angan manusia. Juga, tidak mungkin terjangkau oleh segenap indra, ilmu pengetahuan, dan apa saja yang dimiliki seluruh manusia.
  4. Siapa pun yang berupaya menetapkan dan menerima akidah dari selain sumber-sumber agama, berarti ia telah membuat kedustaan dengan mengatasnamakan allah tanpa didasari ilmu sama sekali.
  5. Landasan dasar akidah ialah sikap pasrah dan tunduk: pasrah kepada Allah SWT dan tunduk mengikuti utusan-Nya, Rasulullah saw.

    Kata Az-Zuhri, "Risalah itu dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Agung. Tugas Rasulullah saw. ialah menyampaikannya. Dan, kewajiban kita ialah patuh dan tunduk." (R Imam Bukhari).
  6. Para sahabat r.a., para tokoh tabi'in, orang-orang yang mengikuti mereka, dan para salafus saleh lainnya selalu setia pada petunjuk Rasulullah saw. Jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Peninggalan-peninggalan mereka ialah as-sunnah dan jalan yang lurus.

    Kata Al-Auza'I, "Betapapun Anda harus tetap berpegang pada atsar orang-orang salaf, kendatipun orang-orang menjauhi Anda. Dan, Anda harus menghindari pendapat tokoh-tokoh, walaupun mereka memperindah ucapan supaya Anda tertarik. Karena, sesungguhnya persoalannya akan menjadi jelas, dan Anda tetap berada pada jalan yang lurus." (R Ibnu Abdul Bar dalam Jaami' Bayaan al-Ilmi wa-Fadhlihi).
StumpleUpon DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google Twitter FaceBook