Syirik sebagai sebuah penyakit, selalu berjangkit
di setiap generasi. Menimpa individu maupun masyarakat. Sejarah
kehidupan mencatat, bahwa kesyirikan dalam level masyarakat berlangsung
awal sekali di zaman Nabi Nuh Alaihis-Salam. Sejarah manusia sebelumnya
adalah lurus, bersih dan bertauhid kepada Allah. Sejak Nabi Adam
generasi insan senantiasa hanif (lurus) beribadah kepada
Allah semata. Sampai syaitan mendatangi manusia, membisikan rayuan
persekutuan kepada Allah. Memberikan sebuah umpan yang terbukti
jitu mengantar manusia kepada kerendahan adalah pengagungan orang-shalih
lebih dari kapasitasnya, disembah, dimohon, dijadikan perantara
dalam berseru kepada Allah ta'ala. Umpan ini terbukti manjur diterapkan
di setiap generasi, hingga zaman Nabi kita Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Berlanjut pula hingga detik ini, dan sampai waktu
yang Allah saja yang mengetahui.
Di level individu, tentunya telah berlangsung di
sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Fenomena nyata terjadinya
kesyirikan di tingkat individu dan kita temukan banyak di sekitar
kita terjerumusnya manusia dalam penyembahan terhadap hawa nafsunya.
Ibarat sebuah penyakit, baik ia menimpa individu
maupun masyarakat, kesyirikan tak boleh sedikit pun dibiarkan, ditumbuhkembangkan,
terlebih (dilestarikan). Ancaman Allah berkaitan
dengan aktivitas kesyirikan ini sangatlah mengerikan, dahsyat dan
luar biasa sehingga tak boleh disepelekan. Ia berkaitan dengan masa
depan abadi kehidupan manusia.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
dan mengampuni yang selain syirik kepada yang dikendaki (An-Nisa
48).
Tiadanya ampunan Allah bagi pelaku kesyirikan adalah
musibah terbesar bagi hidup manusia. Syirik mensuramkan masa depan
manusia di dunia maupun akhirat. Pentingnya hal itu, memberikan
konsekuensi bagi seorang muslim untuk mengetahui dan mengenal hal-hal
yang bermuatan kesyirikan untuk bisa menjauhi sejauh-jauhnya.
Bila kesyirikan dipilah-pilah menurut besarnya,
maka dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu:
- Syirik (Akbar) besar.
- Syirik (Ashgor) kecil.
Apa beda keduanya ?
Syirik Akbar atau besar secara mudahnya adalah menjadikan
tandingan di sisi Allah dalam hal ibadah, atau memalingkan salah
satu bentuk ibadah kepada selain Allah. Kesyirikan bisa dalam bentuk
berdoa kepada selain Allah, bernadzar, berqurban, tawakal, meminta
pertolongan dan ibadah yang lain. Ibnu Mas'ud pernah bertanya kepada
Rasulullah Apakah dosa yang terbesar? Jawab Rasulullah :
" Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia
(Allah) telah menciptakan engkau "
(HR Bukhari dan Muslim).
(HR Bukhari dan Muslim).
Kategori syirik (Akbar) inilah yang mengeluarkan seseorang dari keislamannya dan tak akan diampuni oleh Allah ta'la. Syirik akbar ini tak hanya semacam saja, namun ternyata ada bermacam-ragam. Diantara model syirik besar :
- Syirik dalam doa :yaitu dengan memohon kepada selain Allah,
tanpa kecuali. Kepada siapa dan apa pun selain Allah seseorang
berdoa, maka dia telah mensekutukan Allah ta'ala dan keluar dari
Islam. Walaupun yang diminta doa adalah malaikat, para Nabi, wali
dan orang shalih, tetaplah perbuatan syirik.
"janganlah engkau berdoa kepada yang selain Allah yang tak dapat memberikan manfaat dan bahaya, apabila kalian melakukannya niscaya kalian menjadi orang-orang yang merugi (QS Yunus 106).
- Syirk dalam niat :yaitu beramal kebaikan hanya untuk meraih
dunia, materi semata. Beramal shalih, menuntut ilmu, bersedekah
dan amalan yang lain tidak niatkan mencari pahala di sisi Allah
namun ia inginkan mencari kedudukan, prestise, puijian , harta,
isteri/suami dan hal-hal keduniaan. Allah berfirman:"barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka akan kami sempurnakan amalan-amalan mereka di dunia, dan mereka tidak dirugikan merekalah yang tiada bagian di akhirat kecuali neraka, dan terhapus apa yang mereka buat dan batillah apa yang mereka kerjakan (QS Hud 15).
- Syrik kecintaan: model ini adalah mencintai selain Allah sebagaimana mencintai Allah. Membagi atau memadu cinta adalah model syirik yang satu ini. Cinta kepada Allah namun cinta pula kepada yang selain Allah. Cinta yang dimaksud adalah cinta ibadah, yang berisi ketundukan, dan perendahdirian. Dengan cinta ini seorang rela untuk tunduk, patuh taat, mendekatkan diri, sujud ruku' meninggalkan perintah Allah, melanggar aturan Allah. (lihat tulisan 'diantara berjuta cinta' di almadina edisi sebelumnya). Allah berfirman tentang hal ini "dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu , mereka mencitai tandingan-tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah ta'la.