Beberapa jenis kesyirikan telah kita ulas di halaman pertama edisi tauhid
yang lalu. Kesyirikan yang tergolong dalam syirik akbar. Melanjutkan
pembahasan tersebut, masih ada beberapa bentuk syirik akbar yang
perlu kita waspadai.
- (syirik dalam ketaatan), syirik model ini adalah syirik dalam mentaati
ulama, para syaikh, kiyai dan ustadz dalam hal kemaksiatan kepada
Allah ta'ala. Di negeri ini, syirik ketaatan sangat luas menyebar,
segala hal yang dikatakan oleh pemuka agamanya ( kiyai) mesti
benar, tak ada yang salah. tak heran, bila sihir dikatakan halal
dan bagus, maka para pengikut pun mengangguk dan taat. Lihat fenomena
pasukan berani mati beberapa waktu yang lalu. mereka dilengkapi
dengan kekebalan, tahan peluru, bisa merayap di dinding dan macam-macam
keganjilan yang lain, jelas ini adalah sihir. Anehnya lagi sihir
yang beginian diperoleh dari mereka yang dikatakan sebagai ulama.
Syirik ketaatan seperti yang difirmankan Allah
" Mereka menjadikan ahli-ahli ilmu dan ahli ibadah mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah " (At Taubah 31)
ketaatan ibadah tetapi dikatakan sebagai maksiat adalah dengan mentaati rahib dan ruhban (kyai atau Ulama) dalam menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah. Perbuatan ini telah disinggung dalam sabda Nabi kita yang mulia sholallohu alaihi wasalam
- Syirik al hulul, yaitu keyakinan bahwa Allah bersatu bersama makhluknya. Keyakinan
hulul adalah aqidahnya Ibnu Arabi seorang penganut ajaran sufi
yang dikubur di Damsyik. Sampai-sampai Ibnu Arabi ini melantunkan
syair kesyirikannya dengan menyatakan "Bukanlah
anjing dan babi melaikan tuhan kami… dan bukanlah Allah kecuali
pendeta di gereja". Sebuah keyakinan yang sangat ekstrim,
menyesatkan aqidah kaum muslimin.
Di indonesia, kita mungkin pernah mendengar kisah semisal dengan
ungkapan "manunggaling kawula gusti"
(bersatunya tuhan dengan makhluk) yang dipopulerkan oleh Syaikh
Siti Jenar dan ajaran ini menyebar dalam keyakinan Kejawen,
…. wallahu a'lam. Menjadi sebuah hal memprihatinkan dan disayangkan
bahwa buku-buku milik Ibnu Arabi ini kini tersebar, dijual murah
di toko-toko buku. Tentu ini sangat berbahaya bagi keyakinan
dan aqidah kaum muslimin.
- SyirikAt-tasharruf, yaitu keyakinan bahwa sebagian wali-wali memiliki kemampuan untuk
mengubah alam, dan mengatur perkara-perkara alam semesta seperti
wali kutub, wali ghauts. Sehingga dengan keyakinan seperti ini
mereka berdoa dan memohon kepada wali-wali tersebut. keyakinan
ini benar- ada dan bukan hanya isapan jempol belaka. Tak jauh
dari kita berada, di wilayah Yogyakarta, tepatnya di daerah Imogiri
sekitar makam raja-raja imogiri kita akan dapatkan keyakinan seperti
ini. Orang-orang di sekitar makam punya acara bulanan yang di
dalamnya ada doa "wali kutuban".
Orang di desa tersebut biasa beristighotsah, berdoa dan memohon
dalam acara tersebut kepada para wali kutub dan al ghauts. Di
daerah lain yang ajaran tasawuf berkembang pesat, akan kita dapati
hal yang semisal. Kesyirikan orang di zaman sekarang memang lebih
parah bila dibanding orang masa lampau. Musyrikin dimasa lampau
bila di tanya
" siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan mengatakan Allah
(QS Yunus : 31)
"Tidak ada ketaatan kepada makhluq dalam memaksiati Al Kholiq" ( HR Ahmad)