Ada 1.000.000 pembaca Rss Feed sudah bergabung, Sudahkah anda?

Berbagi Kebaikan Untuk Kemaslahatan Ummat

Sabtu, 12 Mei 2012

Do’a Sholat Istikharah

اللهم إني أستخيرك بعلمك, وأستقدرك بقدرتك, وأسألك من فضلك العظيم، فإنك تقدر ولا أقدر، وتعلم ولا أعلم، وأنت علام الغيوب، اللهم إن كنت تعلم أن هذا الأمر – ويسمي حاجته – خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري (أو قال : عاجله وآجله) فاقدره لي ويسره لي ثم بارك لي فيه، وإن كنت تعلم أن هذا الأمر شر لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري (أو قال : عاجله وآجله)، فاصرفه عني واصرفني عنه واقدر لي الخير حيث كان ثم أرضني به.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu, dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kuasa-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kekuasaan yang Engkau miliki. Aku memohon anugrah-Mu yang luas, Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak memilki kuasa, Engkau Maha Tahu sedang aku tidak mengetahuinya, dan Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara ghaib. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini …. (disebutkan hajatnya), baik untuk agamaku, kehidupanku dan penghujung urusanku (atau beliau berkata: dunia dan akhirat) maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah urusannya, kemudian berkahilah aku dalam menjalaninya.  Tetapi, apabila Engkau Mengetahui bahwa urusan ini berbahaya untuk agamaku, kehidupanku dan penghujung urusanku (atau beliau berkata: dunia dan akhirat) maka jauhkanlah ia dariku, dan jauhkanlah diriku darinya, dan takdirkanlah yang lebih baik untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian ridhoilah tatkala menjalaninya”. (HR. al-Bukhori No. 1109)
Manusia adalah makhluk yang lemah, tak memiliki kuasa terhadap segala urusan hatta yang menyangkut dengan dirinya sendiri. Ketika ia diperhadapkan oleh sebuah masalah yang mengharuskan untuk memilih, terkadang ia tak bisa memutuskan, ia merasa bimbang dan ragu.
Olehnya itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita do’a istikharah yaitu permohonan kepada Allah untuk memberikan petunjuk tentang urusan, masalah yang dihadapi. Do’a ini dianjurkan untuk dibaca pada saat setelah melaksanakan sholat dua rakaat (selain sholat fardhu)  sebagaimana dalam hadits Nabi Shallallahu’alaihi wasallam tatkala mengajarkan do’a ini:
“Dari Jabir Radhiyallahu’anhu beliau berkata: Nabi Shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan kami istikharah (do’a minta petunjuk) dalam segala urusan sebagaimana beliau mengajarkan satu surah dalam al-Qur’an. Beliau berkata: “Apabila salah seorang diantara kalian mennghadapi masalah yang membuatnya bimbang hendaklah ia sholat dua raka’at seklain sholat fardhu kemudioan hendaklah ia berdo’a….” (HR. al-Bukhori No. 1109)
Sebagaimana do’a ini juga bisa dibaca sesaat sebelum salam dalam sholat dua raka’at  seperti yang disebutkan tadi setelah membaca do’a tasyahhud akhir.
Beberapa pelajaran penting dari do’a ini:
Pentingnya berdo’a dalam setiap keadaan.
Do’a adalah senjata seorang muslim, semakin sering ia meminta kepada Allah, maka Allah semain senang dengan permohonannya. Allah murka terhadap hamba-Nya yang melalaikan do’a kepada-Nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang tidak berdo’a kepada Allah, Maka Dia murka kepada-Nya” (HR. al-Turmudzi: 3373)
Berdo’a mengisyaratkan kebutuhan kita akan pertolongan Allah Ta’ala. Disamping itu, dengan berdo’a tentunya ia telah menjaga hubungannya dengan al-Khaliq Azza Wa Jalla.
Do’a disyariatkan dalam segala keadaan, baik tatkala kita senang, bahagia apalagi ketika kita berda dalam kesulitan dan ditimpa musibah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Ingatlah Allah dikala sukamu niscaya Dia mengingatmu dikala dukamu” (HR. Ahmad No. 2804)
Allah Maha Berkuasa terhadap urusan hamba-Nya.
Apapun yang terjadi dalam diri seorang hamba, semuanya adalah kehendak Allah, baik hal itu menyenangkan atau menyulitkan. Olehnya itu, diantara rukun Iman yang wajib diyakini dan diamalkan adalah beriman kepada takdir baik dan buruk. keimanan terhadap rukun ini akan melahirkan sikap husnudzan (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala. Dalam hadits Qudsi disebutkan:
“Sesungguhnya Aku mengikut terhadap persangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku (HR. al-Bukhori No. 6907)
Begitujuga dengan perbuatan seorang hamba, ia diatur dan dibentuk sesuai dengan takdir dan kehendak-Nya, Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan Allah Yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat” (QS. al-Shaffaat: 96).
Tetapi hal ini tidak menutup pintu ikhtiar seorang manusia. Kita tetap diperintahkan berusaha dan berupaya terhadap segala hal, namun semuanya kita pasrahkan kepada Allah Ta’ala karena segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya. Rasulullah menggambarkan bagaimana sikap tawakkal yang disertai dengan ikhtiar seperti seekor burung,  beliau bersabda:
“Kalau seandainya kalian bertawakkal dengan tawakkal yang sebenarnya, niscaya Allah akan mencurahkan rezeki-Nya kepada kalian, sebagiamana seekor burung yang terbang dari sarangnya pada pagi hari dalam keadaan lapar dan pada petang hari ia pulang dalam keadaan kenyang” (HR. Ahmad  No. 205)
Hal ini juga tidak bermakna seseorang dilarang meminta pendapat dan saran serta pertimbangan orang lain, justru perkara ini disyariatkan dalam agama, Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka (para sahabat) dalam urusan itu. Bila kamu membulatkan tekad, bertawakkah kepada Allah” (QS. Ali Imran: 159).
Pilihan Allah yang terbaik.
Bagi seorang muslim pilihan Allah adalah yang terbaik. Apa yang ditakdirkan oleh Allah, sesuai dengan keinginan kita ataupun tidak itulah yang terbaik. Terkadang baik menurut kita tetapi dalam pandangan Allah justru akan mendatangkan kemudharatan, begitu juga sebaliknya. Allah berfirman yang artinya:
 “Dan boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal itu amat baik buat kalian, dan boleh jadi kalian menyenangi sesuatu padahal itu amat buruk buat kalian. Allah Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui” (Qs. al-Baqarah: 216)
Sikap seperti inilah yang akan membimbing setiap muslim menuju puncak maqam  (kedudukan) ar-ridho kepada Allah dalam setiap musibah dan kesulitan yang ditakdirkan untuknya. Ia tidak sekedar hanya bersabar tetapi lebih dari pada itu ia seakan-akan “menikmati” musibah dan ujian itu, karena dalam keyakinannya itulah yang terbaik.
Mendahulukan kepentingan agama dalam setiap urusan kita.
Persoalan agama haruslah ditempatkan di atas segala-galanya, jangan sampai hanya sekedar mencari kebahagian dunia yang bersifat sementara justru mengorbankan kepentingan agama dan akhirat kita yang bersifat permanen. Jangan sampai kita terjebak dalam gaya hidup sebagian orang (terutama orang kafir), yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Falsafah hidupnya hanya bertendensi duniawi hanyut bersama aliran syahwatnya.
Olehnya itu, di setiap pagi dan petang kita disunnahkan untuk membaca dzikir “Radhitu billahi Rabban, wabil Islami Diinan, wabi Muhammadin Nabiyyan” (HR. Muslim No. 386)) agar menjadi pengingat bahwa hidup ini untuk Allah, menegakkan agama-Nya dalam setiap tempat dan keadaan, serta tunduk dalam ajaran Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Riyadh, awal Rabiul awal 1431 H
Abu Ziyad al-Makassary